DAKU DAN KISAH SEMENJANA
Oleh: Edo Permadi
Daku dan kisah semenjana, bernantian
Naik biang-lala, lupa sengaja lupa
Teriak dan teriak lagi.
Aku baru terhenyak: malam menjanjikan aku
sebagai tumbal kesunyian,
dikatakannya kepada fajar
esok aku lebur,
sayup-sayup dikembalikan kepada Tuhan.
Aku berjumpa awan mendung di atas rembulan
Merah melengkung tipis
Awas menatapku miris
Ia menangis, aku menangis: dikatakannya kepada fajar
lewat mata yang hampir pecah itu
jika aku salah, menerima kematian
tanpa mengenal Tuhan.
Menyesal tiada berharga jika menduga pun tak pernah ada.
Daku dan kisah semenjana, kebanggan
Berpamitan sekedarnya,
Sementara kematian mengikat, dan berpura
Menjejali kepala dengan harum surga.
Yogyakarta, 10 November 2011