Selasa, 20 Desember 2011

WANITA DAN HARTANYA

WANITA DAN HARTANYA
Oleh: Edo Permadi

Pagi diam tak risau
Membiarkan,
Asap tengah malam menggumpal berbaris: mulai habis
                  di  dahaga yang belum kentara: aku lahir
Ada wanita legam memangku hartanya
Tangan gemetar mendamba, laju tahun
Aku tumbuh menjadi marwah
                  di kisah yang telah ada: aku tercipta.

Yogyakarta, 19 Desember 2011

MERAYU KAMELIA, MERAYU NEGARA

MERAYU KAMELIA, MERAYU NEGARA
Oleh: Edo Permadi

Ialah negaraku, Kamelia
Hidup menjuntai di tumpukan sampah
Jutaan patriot lebur jua disana
Dikubur hidup-hidup: serempak mati dan pasrah.

Ialah negaraku, Kamelia
“apakah ada nasionalisme pestaka,
yang berharga tanpa nisbah?”
Kepadanya,
Tepat sebelum senja duduk mendulang dosa, kutarik (lagi)
Pikirannya yang lupa, kutabrak
Kutanyai lagi dengan lebih romantis
Kepadanya,
“mampukah hadir rasa memiliki,
tanpa adanya kerelaan jiwa menjadi cinta?”
Ialah negaraku, Kamelia.

Yogyakarta, 18 Desember 2011

HIDUP LAGI

HIDUP LAGI
Oleh: Edo Permadi

Mata terpekur, selintas hening dan berlinang
Hati kalingan berkafan, berkalung deru hujan
Hidupkan aku lagi Tuhan.

Yogyakarta, 14 Desember 2011

LEMBAH TUALANG

LEMBAH TUALANG
Oleh: Edo Permadi

Aku kesana
Di tepian panorama, lembah tualang
Nafasku bertemu segerembul sawah poleng
Menaiki hutan berlumut, diseret-seret dingin
Tidakkah aku diam? bertahan dan pasrah,
Melacuri pikiran dengan kebenaran.

Aku kesana
Riang menemui cekaran teratai
Awan serenjang sampai puncak bukit
Serenggam membentuk taman gembala
Tidakkah aku diam? Menyapa seruling bambu,
Memainkan lagu yang begitu nestapa.

Aku kesana
Menemui keluruhan, sungai keruh: aku malu
Tidakkah aku diam? menuju dan dituju,
Zaman yang makin biadab ini.

Yogyakarta, 14 Desember 2011

Minggu, 13 November 2011

BOLU BONTO

BOLU BONTO
Oleh: Edo Permadi

Mari lebur dalam jenaka
Baca hal demi hal yang kau sangka
Jika kemauan adalah sama
Akankah kalah menyertai, setinggi ajakan asap dupa
Disenyumi Tuhan, dicibir kehidupan.

Seperti itu kau ingin menangis?
Kau sesaki dadamu dengan jibaku nisan berlapis,
            Basi, bolu bonto
            Tertunduk di peluk tudung saji, susah berdiri
            Manisnya lama-lama kering, ditukik taring
            Serombongan semut iktirad.

Seperti itu kau ingin menyerah?
Kau namakan dirimu gunung api, sebetulnya kau lembah
Tempat damai bercengkramanya nasib nista.

Yogyakarta, 12 November 2011

Kamis, 10 November 2011

DAKU DAN KISAH SEMENJANA

DAKU DAN KISAH SEMENJANA
Oleh: Edo Permadi

Daku dan kisah semenjana, bernantian
 
Naik biang-lala, lupa sengaja lupa
Teriak dan teriak lagi.

Aku baru terhenyak: malam menjanjikan aku
                            sebagai tumbal kesunyian,
                            dikatakannya kepada fajar
                            esok aku lebur,
                            sayup-sayup dikembalikan kepada Tuhan.

Aku berjumpa awan mendung di atas rembulan
Merah melengkung tipis
Awas menatapku miris
Ia menangis, aku menangis: dikatakannya kepada fajar
                                       lewat mata yang hampir pecah itu
                                       jika aku salah, menerima kematian
                                       tanpa mengenal Tuhan.

Menyesal tiada berharga jika menduga pun tak pernah ada.

Daku dan kisah semenjana, kebanggan
Berpamitan sekedarnya,
Sementara kematian mengikat, dan berpura
Menjejali kepala dengan harum surga.

Yogyakarta, 10 November 2011

Selasa, 08 November 2011

SEPENINGGALAN GURU

SEPENINGGALAN GURU
Oleh: Edo Permadi

Ingin berguru pada siapa kau kini?
Setelah gurumu menyerahkan nyawanya pada Tuhan
Sebagian lagi padamu, murid kesayangannya.

Patutlah kau berduka tujuh hari tujuh malam
Minum darah perjuangan gurumu
Lalu bangkit dan cari guru baru.

Kehidupan kaya akan ilmu
Dan kau sedikitpun belum menguasainya,
            Ingin berguru pada siapa kau kini?
            Setelah kau sadar tak ada yang sudi mengajarimu budi pekerti
            Selain gurumu yang telah meninggal itu.

Yogyakarta, 08 November 2011