KABARET ANGKRINGAN KOTA
Oleh: Edo Permadi
Puaka larut dalam segelas kopi hangat
Diri tiba jua berjejal di kursi kayu,
Seharian mengeja pustaka lelah juga rasanya.
Hidup bukanlah tombola dari pasar amal
Nasib jauh tiada meriah, di gang-gang nasib justru
Murung di tempat sampah
Obrolan menjadi titik air dari gunung
Tempat mendaki satu-satunya
Keluhan sesama karib, lebih posesif.
Bisakah di belakang kita, kutu bernyanyi lagu Firdaus?
Sampai ke marcapada di tungku api, angkringan lapuk membela tiada daya
Menjadi liang lahat di tengah kota.
Sleman, 06 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar