Rabu, 19 Oktober 2011

KAMAR MAYAT


KAMAR MAYAT
Oleh: Edo Permadi

I
Kursi goyang peninggalan kakekku
Maju mundur menikmati angin
Tungkainya lapuk menimang lagu-lagu gereja
Dibelai begitu lama
Lumpuh dipenjara siksa batin.

Kala kecil, aku suka berjingkrak
Di pundak kakek riuh memuncak
Jauh sebelum aku terperangkap
Ditangkap...
Ditendang-tendang wajahmu
Yang jauh lebih jelita dari nenekku.

II
Bunga-bunga hias
Semakin malu diteriaki gelap
Pasrah dia ditelanjangi bisu
Tak sedikitpun ingin bicara, tak bisa didekap
Pada purnama kali ini semua erat menumpu
Dosa-dosa sebumi ditelan jadi satu
Tak bisa diraba, terperangkap di neraka.

Sudah berapa kakek yang meninggal didekatku
Tak kutoleh jasadnya, aku hanya ingin tidur denganmu
Di kuburan, di kamarku.

Ini kamar kita
Langit-langitnya melukiskan mendung
Gelap membumbung
Tapi tidak untuk laba-laba diujung
Disudut langit-langit yang mendung.

Ini kamar kita
Sudah ramah walau asing tanpa gambarku
Dindingnya menguning, retak-retak diterjang namamu
Ditendang-tendang wajahmu
Yang jauh lebih jelita dari nenekku.

Katakanlah masih kau simpan cincin dariku
Di sebuah malam di bulan Desember itu
Kusampaikan kalimat terakhir
Penuh getir...
Percayakah kau dengan namaku?
Yang akan juga jadi nama di permukaan nisanmu.

Sudah berapa kakek yang meninggal didekatku
Tak kutoleh jasadnya, aku hanya ingin tidur denganmu
Di kuburan, di kamarku.

Bantul, 28 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar