WAJAH SEORANG ZAENAL
Oleh: Edo Permadi
Aku tertegun disambar pengakuan Zaenal
Wajah sahabatku yang legam itu
Membawaku diam, mendengarkan.
Kata si Zaenal:
bukankah kita adalah tukang jagal?
hidup di hutan buas,
mandi di sungai yang berbau,
sampai seekor biawak pun demam tinggal disana
suatu ketika seekor kera parlente lewat sembari menutup hidungnya
sedangkan kita, meluap-luap kebahagiannya
tiada merasa kekurangan satu hal atau seluruhnya.
Kata si Zaenal:
sudah biasa, sesama kita bisa saling lupa
dari nama sampai pahala, hanya cerita
perut lapar menuntut kita memangsa segala
termasuk aku sendiri, katanya tanpa kecemasan tergali di matanya.
Kata si Zaenal:
kau bukanlah orang yang pandai berenang
dengan teman sepertiku
yang bertaring dan berpalu godam
kau terselamatkan,
kubawa dirimu menepi setelah tenggelam,
kukatakan dengan penuh kesungguhan
ternyata kulitmu pahit juga untuk dimakan.
Aku tersenyum tanpa berselang.
Yogyakarta, 20 Juli 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar